TNews, BIAK – Mengandalkan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Mira (25) warga Biak Numfor, berhasil bertahan dan menjalani hidupnya dengan penuh harapan. Ia didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal di usia yang masih muda, yakni kondisi ketika ginjal tidak lagi berfungsi secara optimal, sehingga harus menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu. Program JKN hadir sebagai solusi untuk membantu meringankan beban finansialnya dalam memperoleh layanan kesehatan.
“Saat dokter menyampaikan kalau saya harus cuci darah atau hemodialisis, saya sempat takut dan cukup kaget. Setahu saya cuci darah ini juga harus dilakukan seumur hidup dan memerlukan biaya yang besar. Namun, dokter mengatakan bahwa semua biaya pengobatan dapat ditanggung oleh Program JKN, Puji Tuhan saya bisa lebih tenang dan bersedia menjalani cuci darah,” ujar Mira saat di temui.
Mira menceritakan gejala-gejala awal yang dirinya alami yaitu pusing cukup parah sehingga dirinya tidak bisa berjalan dengan baik. Selain itu, tubuhnya sering demam dan mudah lelah.
“Awalnya saya selalu tidak menjaga kesehatan saya, kalau sakit-sakit begitu suka beli obat di kios-kios hingga di akhir bulan Juli itu sakitnya sudah tidak bisa tahan sampai obat yang diminum tidak ada efeknya. Keluarga memutuskan untuk membawa saya ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Biak. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, dokter spesialis menetapkan penyakit gagal ginjal saya sudah tahap kronis,” tambahnya.
Meskipun Mira kurang tahu pasti mengapa dirinya terkena gagal ginjal. Namun, ia menyadari bahwa pola hidupnya di masa lalu kurang sehat dan tidak terlalu memperhatikan kesehatannya.
“Saya menyadari sejak dulu kurang minum air putih dan lebih sering minum-minuman kemasan berwarna. Saya baru tahu saat diedukasi oleh dokter bahwa minuman kemasan berwarna ini banyak mengandung bahan kimia maupun pemanis buatan,” ungkap Mira.
Lebih lanjut, Mira mengaku bahwa selama ia di rawat inap untuk menjalan pengobatan intensif, dirinya selalu dilayani dengan baik tanpa diskriminasi. Pelayanan yang diterima selama menjalani pengobatan juga sangat memuaskan.
“Saat itu saya di rawat inap selama satu minggu, dan mulai rutin melakukan cuci darah sejak bulan September tahun ini setiap hari Senin dan Kamis. Saya merasa tidak ada perbedaan perlakuan antara pasien JKN dan pasien umum. Ruangan untuk cuci darahnya juga bersih dan tenaga medisnya selalu melayani dengan ramah,” ujar Mira.
Mira juga membantah stigma negatif yang sering melekat pada tindakan cuci darah yang dianggap menakutkan dan dapat memperparah kondisi tubuh. Ia menyampaikan, dengan melakukan cuci darah dapat membersihkan darah dari zat-zat berbahaya dan racun, sehingga meringankan gejala yang dirinya alami.
“Sebelum cuci darah itu rasanya pusing, sesak dan mual-mual. Bahkan yang paling parah ya bengkak-bengkak di tubuh. Setelah cuci darah, puji tuhan badan terasa lebih ringan dan pusing juga berkurang,” jelasnya.
Di akhir wawancara, Mira berpesan agar anak-anak termasuk orang dewasa agar tidak terlalu sering untuk minum minuman kemasan, lebih baik memperbanyak minum air putih.
Ia mengakui telah banyak belajar dari sakitnya dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai pelajaran untuk hidup lebih sehat dan penuh syukur.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh masyarakat yang dengan penuh kesadaran rutin membayar iuran BPJS Kesehatan meskipun dalam keadaan sehat.
Menurutnya, semangat gotong royong ini sangat berarti, karena berkat dukungan bersama tersebut, ia bisa menjalani pengobatan dengan tenang.
“Saya berharap Program JKN ini terus berlanjut, karena banyak membantu peserta yang membutuhkan seperti saya. Bagi para pasien penyakit gagal ginjal lainnya, tetap semangat dan tidak perlu takut lagi dengan biaya cuci darah yang mahal karena biaya dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” tutupnya.*













